{اقْتَرَبَ  لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُعْرِضُونَ (1) مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ  ذِكْرٍ مِنْ رَبِّهِمْ مُحْدَثٍ إِلا اسْتَمَعُوهُ وَهُمْ يَلْعَبُونَ (2) لاهِيَةً  قُلُوبُهُمْ وَأَسَرُّوا النَّجْوَى الَّذِينَ ظَلَمُوا هَلْ هَذَا إِلا بَشَرٌ  مِثْلُكُمْ أَفَتَأْتُونَ السِّحْرَ وَأَنْتُمْ تُبْصِرُونَ (3) قَالَ رَبِّي  يَعْلَمُ الْقَوْلَ فِي السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (4)  بَلْ قَالُوا أَضْغَاثُ أَحْلامٍ بَلِ افْتَرَاهُ بَلْ هُوَ شَاعِرٌ فَلْيَأْتِنَا  بِآيَةٍ كَمَا أُرْسِلَ الأوَّلُونَ (5) مَا آمَنَتْ قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْيَةٍ  أَهْلَكْنَاهَا أَفَهُمْ يُؤْمِنُونَ (6) }
Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala  amalan mereka, sedangkan mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling  (darinya). Tidak datang kepada mereka  suatu ayat Al-Qur’an pun yang baru (diturunkan) dari Tuhan mereka,  melainkan mereka mendengarnya, sedangkan mereka bermain-main, (lagi) hati  mereka dalam keadaan lalai. Dan mereka yang zalim itu merahasiakan pembicaraan  mereka, "Orang ini tidak lain hanyalah seorang manusia (juga) seperti  kalian, maka apakah kalian menerima sihir itu, padahal kalian menyaksikannya?”  Berkatalah Muhammad (kepada mereka), "Tuhanku mengetahui semua perkataan  di langit dan di bumi dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”  Bahkan mereka berkata (pula), "(Al-Qur'an itu adalah) mimpi-mimpi yang  kalut, malah diada-adakannya, bahkan ia sendiri seorang penyair, maka hendaknya  ia mendatangkan kepada kita suatu mukjizat sebagaimana rasul-rasul yang telah  lalu diutus.” Tidak ada (penduduk) suatu kota pun yang beriman yang Kami  telah membinasakannya sebelum mereka; maka apakah mereka akan  beriman?
Hal ini merupakan suatu peringatan dari Allah Swt. yang menyatakan dekatnya  hari kiamat dan bahwa manusia dalam keadaan lalai terhadap keberadaannya, yakni  mereka tidak mau beramal dan tidak mau membuat bekal untuk menyambutnya.
Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Nasr, telah  menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Abdul Malik Abul Walid At-Tayalisi, telah  menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami  Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Sa'id, dari Nabi Saw. sehubungan dengan  makna firman-Nya: Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan  mereka, sedangkan mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (darinya).  (Al-Anbiya: 1) Bahwa mereka di dunia lalai terhadap hari kiamat. 
Makna ayat ini sama dengan apa yang disebut di dalam ayat lain melalui  firman-Nya:
{أَتَى  أَمْرُ اللَّهِ فَلا تَسْتَعْجِلُوهُ}
Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kalian meminta agar  disegerakan (datang). (An-Nahl: 1)
{اقْتَرَبَتِ  السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ * وَإِنْ يَرَوْا آيَةً يُعْرِضُوا وَيَقُولُوا  سِحْرٌ مُسْتَمِرٌّ}
Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan Dan jika  mereka (orang-orang musyrik) melihat sesuatu tanda (mukjizat),  mereka berpaling. (Al-Qamar: 1-2), hingga akhir ayat. 
Al-Hafiz ibnu Asakir meriwayatkan di dalam biografi Al-Hasan Ibnu Hani' alias  Abu Nuwas si penyair, bahwa penyair yang paling hebat ialah Syekh Tahir Abul  Atahiyah, karena ia mengatakan dalam bait syairnya:
النَّاس  فِي غَفَلاتِهِمْ ...  وَرَحا المِنيَّة تَطْحَنُ ...
Manusia tenggelam dalam kelalaiannya,  padahal penggilingan maut terus berputar.
Ketika ditanyakan kepadanya, "Dari manakah engkau menyimpulkan kalimat ini?"  Abul Atahiyah menjawab bahwa ia menyimpulkannya dan firman Allah Swt. yang  mengatakan:
{اقْتَرَبَ  لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُعْرِضُونَ}
Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka sedangkan  mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (darinya). (Al-Anbiya: 1)
Ibnu Asakir meriwayatkan pula di dalam biografi Amir ibnu Rabi'ah melalui  jalur Musa ibnu Ubaid Al-Amadi, dari Abdur Rahman ibnu Za’d bin Aslam, dari  ayahnya, dari Amir ibnu Rabi'ah, bahwa ia kedatangan seorang tamu dari kalangan  orang Badui. Amir memuliakan kedatangannya dan menghormatinya. Sebelumnya  Rasulullah SAW telah berbincang-bincang di rumah Amir, tidak lama kemudian  lelaki Badui, itu datang. Ia berkata, "Sesungguhnya aku telah memperoleh sebuah  lembah di daerah pedalaman dari Rasulullah Saw. Aku bermaksud memberikan  sebagian darinya kepadamu. Kelak lahan itu buat kamu dan keturunanmu sesudah  kamu tiada." Maka Amir menjawab, "Saya tidak memerlukan bagian tanahmu itu,  karena pada hari ini telah diturunkan sebuah surat yang membuat kami merasa  ngeri terhadap duniawi," yaitu firman-Nya: Telah dekat kepada manusia hari  menghisab segala amalan mereka, sedangkan mereka berada dalam kelalaian lagi  berpaling (darinya). (Al-Anbiya: 1) Kemudian Allah Swt. menyebutkan bahwa  mereka tidak mau mendengarkan wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Rasul-Nya.  
Khitab atau pembicaraan ayat ini ditujukan kepada orang-orang Quraisy  dan orang-orang yang kafirnya sama dengan mereka. Untuk itu Allah Swt.  berfirman:
{مَا  يَأْتِيهِمْ مِنْ ذِكْرٍ مِنْ رَبِّهِمْ مُحْدَثٍ}
Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al-Qur’an pun yang baru  (diturunkan) dari Tuhan mereka. (Al-Anbiya: 2)
Yakni ayat Tuhan yang baru diturunkan.
{إِلا  اسْتَمَعُوهُ وَهُمْ يَلْعَبُونَ}
melainkan mereka mendengarnya, sedangkan mereka bermain-main.  (Al-Anbiya: 2)
Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, "Mengapa kalian menanyakan kepada  Ahli Kitab tentang kitab yang dipegang oleh mereka, padahal mereka telah  membakarnya dan menggantikannya serta melakukan penambahan dan pengurangan  padanya? Inilah kitab kalian, Kitabullah yang baru diturunkan; kalian  membacanya masih dalam keadaan hangat dan murni isinya, tidak ada campurannya."  Imam Bukhari telah meriwayatkan hal yang semisal. 
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَأَسَرُّوا  النَّجْوَى الَّذِينَ ظَلَمُوا}
Dan mereka yang zalim itu merahasiakan pembicaraan mereka. (Al-Anbiya:  3)
seraya membisikkan di antara sesama mereka dengan sembunyi-sembunyi.
{هَلْ  هَذَا إِلا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ}
Orang ini tiada lain hanyalah seorang manusia (jua) seperti kamu.  (Al-Anbiya: 3)
Yang mereka maksudkan adalah Rasulullah Saw. Mereka tidak percaya beliau  menjadi seorang nabi, mengingat beliau adalah seorang manusia sama dengan  mereka; mana mungkin ia mendapat keistimewaan beroleh wahyu, sedangkan mereka  tidak. Karena itu, dalam perkataan mereka selanjutnya disebutkan dalam  firman-Nya:
{أَفَتَأْتُونَ  السِّحْرَ وَأَنْتُمْ تُبْصِرُونَ}
maka apakah kalian menerima sihir, padahal kalian menyaksikannya?  (Al-Anbiya: 3) 
Yakni apakah kalian mau mengikutinya, sehingga akibatnya kalian sama dengan  orang yang melakukan sihir, sedangkan ia mengetahui bahwa apa yang dilakukannya  itu adalah ilmu sihir.
Allah Swt. menjawab mereka yang membuat-buat berita bohong dan kedustaan itu  melalui firman-Nya:
{قَالَ  رَبِّي يَعْلَمُ الْقَوْلَ فِي السَّمَاءِ وَالأرْضِ}
Berkatalah Muhammad (kepada mereka), "Tuhanku mengetahui semua  perkataan di langit dan di bumi.” (Al-Anbiya: 4)
Yaitu Tuhan yang mengetahui hal tersebut, tiada sesuatu pun yang tersembunyi  luput dari liputan pengetahuan-Nya. Dialah Yang menurunkan Al-Qur'an ini, yang  di dalamnya terkandung kisah orang-orang terdahulu dan orang-orang kemudian.  Al-Qur'an ini tiada seorang pun yang mampu mendatangkan hal yang semisal  dengannya, kecuali hanya Tuhan yang mengetahui semua rahasia dan yang  tersembunyi di langit dan di bumi. 
Firman Allah Swt.:
{وَهُوَ  السَّمِيعُ الْعَلِيمُ}
dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Anbiya:  4)
Artinya, Dia Maha Mendengar semua ucapan kalian, lagi Maha Mengetahui semua  keadaan kalian. Di dalam kalimat ini terkandung peringatan dan ancaman terhadap  mereka. 
Firman Allah Swt. mengatakan:
{بَلْ  قَالُوا أَضْغَاثُ أَحْلامٍ بَلِ افْتَرَاهُ}
Bahkan mereka berkata (pula), "(Al-Qur'an itu adalah) mimpi-mimpi  yang kalut, malah diada-adakannya" (Al-Anbiya: 5)
Ayat ini menceritakan tentang pembangkangan orang-orang kafir, keingkaran dan  penentangan mereka terhadap materi yang dikandung oleh Al-Qur'an, juga tentang  kebimbangan dan kesesatan mereka terhadapnya. Kadang kala mereka menganggap  Al-Qur'an sebagai perbuatan sihir, adakalanya mereka mengatakannya sebagai syair  gubahan, adakala menganggapnya sebagai mimpi-mimpi yang kalut, adakalanya pula  menganggapnya sebagai buat-buatan. Perihalnya sama dengan yang disebutkan oleh  ayat lain, yaitu:
{انْظُرْ  كَيْفَ ضَرَبُوا لَكَ الأمْثَالَ فَضَلُّوا فَلا يَسْتَطِيعُونَ  سَبِيلا}
Lihatlah, bagaimana mereka membuatperumpamaan-perumpamaan terhadapmu;  karena itu mereka menjadi sesat dan tidak dapat lagi menemukan jalan (yang  benar). (Al-Isra: 48)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{فَلْيَأْتِنَا  بِآيَةٍ كَمَا أُرْسِلَ الأوَّلُونَ}
maka hendaknya ia mendatangkan kepada kita suatu mukjizat, sebagaimana  rasul-rasul yang telah lalu diutus. (Al-Anbiya: 5)
Mereka bermaksud bahwa mukjizat itu seperti unta Nabi Saleh, mukjizatnya Musa  dan Isa. Allah Swt. telah berfirman sehubungan dengan hal ini:
{وَمَا  مَنَعَنَا أَنْ نُرْسِلَ بِالآيَاتِ إِلا أَنْ كَذَّبَ بِهَا الأوَّلُونَ  وَآتَيْنَا ثَمُودَ النَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا بِهَا}
Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami mengirimkan (kepadamu)  tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah  didustakan oleh orang-orang dahulu. (Al-Isra: 59), hingga akhir ayat.
Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{مَا  آمَنَتْ قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا أَفَهُمْ  يُؤْمِنُونَ}
Tidak ada (penduduk) suatu negeri pun yang beriman yang Kami telah  membinasakannya sebelum mereka; maka apakah mereka akan beriman? (Al-Anbiya:  6)
Tiada suatu penduduk negeri pun yang diutus rasul-rasul kepada mereka dengan  membawa mukjizat, lalu mereka beriman, melainkan mereka mendustakannya; maka  Kami binasakan mereka. Apakah mereka akan beriman sekiranya melihat  mukjizat-mukjizat itu? Tidak, bahkan:
{إِنَّ  الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ وَلَوْ جَاءَتْهُمْ  كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ}
Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu,  tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan,  hingga mereka menyaksikan azab yang pedih. ( Yunus: 96-97 )
Sesungguhnya mereka pun telah menyaksikan ayat-ayat yang jelas dan  hujah-hujah yang pasti serta keterangan-keterangan yang jelas dari Rasulullah  Saw. Padahal apa yang ditampakkan oleh Rasulullah Saw. adalah jauh lebih jelas,  lebih terang, lebih menakjubkan, dan lebih mematahkan alasan mereka ketimbang  apa yang ditampakkan oleh nabi-nabi lainnya.
قَالَ  ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ، رَحِمَهُ اللَّهُ: ذُكِرَ عَنْ زَيْدِ بْنِ الْحُبَابِ،  حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، حَدَّثَنَا الْحَارِثُ بْنُ زَيْدٍ الْحَضْرَمِيُّ، عَنْ  عُلَيِّ بْنِ رَبَاحٍ اللَّخْمِيِّ، حَدَّثَنِي مَنْ شَهِدَ عُبَادَةَ بْنَ  الصَّامِتِ، يَقُولُ: كُنَّا فِي الْمَسْجِدِ وَمَعَنَا أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ،  رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، يُقْرِئُ بَعْضُنَا بَعْضًا الْقُرْآنَ، فَجَاءَ عَبْدُ  اللَّهِ بن أبي بن سَلُولَ، وَمَعَهُ نُمْرُقة وزِرْبِيّة، فَوَضَعَ وَاتَّكَأَ،  وَكَانَ صَبِيحًا فَصِيحًا جَدِلًا فَقَالَ: يَا أَبَا بَكْرٍ، قُلْ لِمُحَمَّدٍ  يَأْتِينَا بِآيَةٍ كَمَا جَاءَ الْأَوَّلُونَ؟ جَاءَ مُوسَى بِالْأَلْوَاحِ،  وَجَاءَ دَاوُدُ بِالزَّبُورِ، وَجَاءَ صَالِحٌ بِالنَّاقَةِ، وَجَاءَ عِيسَى  بِالْإِنْجِيلِ وَبِالْمَائِدَةِ. فَبَكَى أَبُو بَكْرٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ،  فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ أَبُو  بَكْرٍ: قُومُوا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ  صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  نَسْتَغِيثُ بِهِ مِنْ هَذَا الْمُنَافِقِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ  عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّهُ لَا يُقَامُ لِي، إِنَّمَا يُقَامُ لِلَّهِ عَزَّ  وَجَلَّ". فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّا لَقِينَا مِنْ هَذَا  الْمُنَافِقِ. فَقَالَ:"إِنَّ جِبْرِيلَ قَالَ لِي: اخْرُجْ فَأَخْبِرْ بِنِعَمِ  اللَّهِ الَّتِي أَنْعَمَ بِهَا عَلَيْكَ، وَفَضِيلَتِهِ الَّتِي فُضِّلت بِهَا،  فَبَشَّرَنِي أَنِّي بُعِثْتُ إِلَى الْأَحْمَرِ وَالْأَسْوَدِ، وَأَمَرَنِي أَنْ  أُنْذِرَ الْجِنَّ، وَآتَانِي كِتَابَهُ وَأَنَا أُمِّيٌّ، وَغَفَرَ ذَنْبِي مَا  تَقَدَّمَ وَمَا تَأَخَّرَ، وَذَكَرَ اسْمِي فِي الْأَذَانِ وَأَيَّدَنِي  بِالْمَلَائِكَةِ، وَآتَانِي النَّصْرَ، وَجَعَلَ الرُّعْبَ أَمَامِي، وَآتَانِي  الْكَوْثَرَ، وَجَعَلَ حَوْضِي مِنْ أَعْظَمِ الْحِيَاضِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ،  وَوَعَدَنِي الْمَقَامَ الْمَحْمُودَ وَالنَّاسُ مُهْطِعُونَ مُقْنِعُو  رُءُوسِهِمْ، وَجَعَلَنِي فِي أَوَّلِ زُمْرَةٍ تَخْرُجُ مِنَ النَّاسِ، وَأَدْخَلَ  فِي شَفَاعَتِي سَبْعِينَ أَلْفًا مِنْ أُمَّتِي الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ  وَآتَانِي السُّلْطَانَ وَالْمُلْكَ، وَجَعَلَنِي فِي أَعْلَى غُرْفَةٍ فِي  الْجَنَّةِ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ ، فَلَيْسَ فَوْقِي أَحَدٌ إِلَّا  الْمَلَائِكَةَ الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ، وَأَحَلَّ لِيَ الْغَنَائِمَ،  وَلَمْ تَحِلَّ لِأَحَدٍ كَانَ قَبْلَنَا".
Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Zaid ibnul Hubab, telah menceritakan kepada  kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Al-Haris ibnu Yazid  Al-Hadrami, dari Ali ibnu Rabah Al-Lakhami, telah menceritakan kepadaku  seseorang yang pernah menghadiri majelis Ubadah ibnus-Samit, Ubadah mengatakan,  "Ketika kami (para sahabat) berada di dalam masjid, saat itu Abu Bakar ada  bersama kami sedang membaca sebagian dari Al-Qur'an. Kemudian datanglah Abdullah  ibnu Ubay ibnu SaluI yang saat itu membawa bantal dan permadani, lalu meletakkan  bawaannya dan duduk bersandar padanya." Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul adalah  seorang yang berwajah cerah, fasih tutur katanya, tetapi suka berdebat. Ia  berkata, "Hai Abu Bakar, katakanlah kepada Muhammad agar dia mendatangkan suatu  mukjizat kepada kami (orang-orang Yahudi) sebagaimana yang pernah didatangkan  oleh para utusan terdahulu. Musa datang dengan membawa luh-luh, Daud  datang dengan membawa kitab Zabur, Saleh datang membawa mukjizat unta betina,  Isa datang membawa kitab Injil dan hidangan dari langit." Abu Bakar r.a.  menangis dan Rasulullah Saw. keluar, lalu Abu Bakar berkata, "Marilah kita  bangkit menemui Rasulullah Saw. untuk meminta pertolongan dalam menghadapi si  munafik ini." Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya tidaklah layak aku  dihormati dengan sambutan berdiri, melainkan hanya Allah-lah yang pantas  mendapat perlakuan seperti itu." Kami berkata, "Wahai Rasulullah,  sesungguhnya kami mendapat tantangan dari orang munafik ini." Rasulullah Saw.  bersabda, bahwa sesungguhnya Malaikat Jibril berkata kepadanya, "Keluarlah  kamu, dan ceritakanlah kepada(nya) tentang nikmat-nikmat yang telah dikaruniakan  kepadamu oleh Allah dan keutamaan-keutamaan yang diberikan kepadamu."  Rasulullah Saw. melanjutkan sabdanya, "Jibril telah menyampaikan berita  gembira kepadaku , bahwa aku diutus untuk orang yang berkulit merah dan berkulit  hitam (semua bangsa), dan Allah telah memerintahkan kepadaku agar menyampaikan  peringatan kepada jin. Allah menurunkan Kitab-Nya kepadaku, sedangkan aku dalam  keadaan ummi. Dia telah mengampuni semua dosaku yang terdahulu dan yang  terkemudian, dan namaku disebut di dalam azan. Dia telah memberikan bantuan para  malaikat kepadaku, dan kemenangan datang kepadaku, rasa gentar yang mencekam  hati musuh berada di hadapanku. Allah telah memberiku Telaga Kausar, dan  menjadikan telagaku adalah telaga yang paling besar di hari kiamat. Allah  menjanjikan kepadaku kedudukan yang terpuji, sedangkan manusia saat itu  menundukkan kepalanya dalam keadaan terhina. Allah menjadikan diriku termasuk  orang-orang yang mula-mula dibangkitkan, dan dimasukkan ke dalam syafaatku  sejumlah tujuh puluh ribu orang dari kalangan umatku; semuanya masuk surga tanpa  hisab. Allah telah menganugerahkan kepadaku kekuasaan dan kerajaan, dan aku  ditempatkan di istana yang paling tinggi di dalam surga yang penuh dengan  kenikmatan. Tiada seorang pun yang ada di atasnya kecuali hanya para malaikat  penyangga' Arasy. Dihalalkan bagiku —juga bagi umatku— ganimah, yang sebelum itu  tidak pernah dihalalkan bagi seorang pun."
Hadist ini berpredikat garib sekali.
Comments
Post a Comment