إِنَّا  أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2) إِنَّ شَانِئَكَ  هُوَ الْأَبْتَرُ (3)
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu  nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkorbanlah.  Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu, dialah yang  terputus.'
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Fudail,  dari Al-Mukhtar ibnu Fulful, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa  Rasulullah Saw. menundukkan kepalanya sejenak, lalu beliau mengangkat kepalanya  seraya tersenyum. Beliau bersabda kepada mereka, atau mereka bertanya kepada  beliau Saw., "Mengapa engkau tersenyum?" Maka Rasulullah Saw. menjawab,  "Sesungguhnya barusan telah diturunkan kepadaku suatu surat." Lalu beliau  membaca firman-Nya: Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.  Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al-Kautsar. (Al-Kautsar: l),  hingga akhir surat. Lalu Rasulullah Saw. bersabda, "Tahukan kalian, apakah  Al-Kautsar itu?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui."  Rasulullah bersabda:
«هُوَ  نَهْرٌ أَعْطَانِيهِ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ فِي الْجَنَّةِ عَلَيْهِ خَيْرٌ كَثِيرٌ،  تَرِدُ عَلَيْهِ أُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ آنِيَتُهُ عَدَدَ الْكَوَاكِبِ  يُخْتَلَجُ الْعَبْدُ مِنْهُمْ، فَأَقُولُ يَا رَبِّ إِنَّهُ مِنْ أُمَّتِي،  فَيُقَالُ إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ»
Al-Kautsar adalah sebuah sungai (telaga) yang diberikan kepadaku oleh  Tuhanku di dalam surga, padanya terdapat kebaikan yang banyak, umatku kelak akan  mendatanginya di hari kiamat; jumlah wadah-wadah (bejana-bejana)nya sama dengan  bilangan bintang-bintang. Diusir darinya seseorang hamba, maka aku berkata, "Ya  Tuhanku, sesungguhnya dia dari umatku.” Maka dikatakan, "Sesungguhnya kamu tidak  mengetahui apa yang telah dibuat-buatnya sesudahmu."
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad Sulasi ini dan  juga konteks yang sama dari Muhammad ibnu Fudail, dari Al-Mukhtar ibnu Fulfill,  dari Anas ibnu Malik.
Telah disebutkan sehubungan dengan gambaran tentang telaga ini di hari  kiamat, bahwa tercurahkan kepadanya air dari langit melalui dua talang, dan  bahwa bejana-bejananya bilangannya sama dengan bintang-bintang di langit. Imam  Muslim, Imam Abu Daud, dan Imam Nasai telah meriwayatkannya melalui jalur Ali  ibnu Mis-har dan Muhammad ibnu Fudail; keduanya dari Al-Mukhtar ibnu Fulfill,  dari Anas.
Menurut lafaz Imam Muslim, disebutkan bahwa ketika Rasulullah Saw. berada di  hadapan kami di masjid, tiba-tiba beliau menundukkan kepalanya sejenak, kemudian  mengangkat kepalanya seraya tersenyum. Maka kami bertanya, "Wahai Rasulullah,  apakah yang menyebabkan engkau tertawa?" Rasulullah Saw. menjawab:  Sesungguhnya telah diturunkan kepadaku barusan suatu surat. Maka beliau  Saw. membaca firman-Nya: Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha  Penyayang. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka  dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang  membenci kamu, dialah yang terputus. (Al-Kautsar: 1-3) Kemudian beliau Saw.  bersabda: "Tahukah kamu, apakah Al-Kautsar itu?” Kami menjawab, "Allah  dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah Saw. bersabda, 
فَإِنَّهُ  نَهْرٌ وَعَدَنِيهِ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْهِ خَيْرٌ كثير وهو حَوْضٌ تَرِدُ  عَلَيْهِ أُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ آنِيَتُهُ عدد النجوم في السماء،  فَيُخْتَلَجُ الْعَبْدُ مِنْهُمْ فَأَقُولُ رَبِّ إِنَّهُ مِنْ أُمَّتِي، فَيَقُولُ  إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثَ بَعْدَكَ
"Sesungguhnya Al-Kautsar adalah sebuah sungai (telaga) yang telah  dijanjikan oleh Tuhanku untukku, padanya terdapat kebaikan yang banyak.  Al-Kautsar merupakan telaga yang akan didatangi oleh umatku kelak di hari  kiamat, jumlah bejananya sama dengan bilangan bintang-bintang di langit, maka  diusirlah darinya seorang hamba dari mereka, lalu aku berkata, "Ya Tuhanku,  sesungguhnya dia dari kalangan umatku.” Maka Dia berfirman, "Sesungguhnya kamu  tidak mengetahui apa yang telah dibuat-buatnya sesudahmu.
sebagian besar ulama ahli qiraat mengatakan berdasarkan dalil ayat ini, bahwa  surat ini adalah surat Madaniyah. Dan kebanyakan ulama fiqih mengatakan bahwa  Basmalahnya merupakan bagian dari surat dan diturunkan bersama-sama dengan surat  ini. 
*******************
Adapun mengenai firman-Nya:
{إِنَّا  أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ}
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al-Kautsar. (Al-Kautsar:  1)
Dalam hadis yang lalu telah disebutkan bahwa Al-Kautsar adalah nama sebuah  sungai di dalam surga. 
Imam Ahmad telah meriwayatkan melalui jalur lain dari Anas; untuk itu ia  mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada  kami Hammad, telah menceritakan kepada kami Sabit, dari Anas, bahwa ia membaca  firman-Nya: Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al-Kautsar.  (Al-Kautsar: 1) Lalu ia mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"أعطيتُ  الْكَوْثَرَ، فَإِذَا هُوَ نَهَرٌ يَجْرِي، وَلَمْ يُشق شَقًّا، وَإِذَا  حَافَّتَاهُ قِبَابُ اللُّؤْلُؤِ، فَضَرَبْتُ بِيَدِي فِي تُرْبَتِهِ، فَإِذَا  مِسْكُهُ ذَفَرة، وَإِذَا حَصَاهُ اللُّؤْلُؤُ"
Aku diberi Al-Kautsar, dan ternyata ia adalah sebuah sungai yang mengalir,  tetapi tidak dibedahkan sebagai mana sungai. Dan ternyata kedua tepinya adalah  kubah-kubah dari mutiara; lalu aku menyentuhkan tanganku ke tanahnya, dan  ternyata ia seharum minyak kesturi yang sangat harum baunya, dan ternyata  batu-batu kerikilnya dari mutiara.
Imam Ahmad mengatakan. telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abu Adiy,  dari Humaid, dari Anas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah  bersabda:
«دَخَلْتُ  الْجَنَّةَ فَإِذَا أَنَا بِنَهْرٍ حَافَّتَاهُ خِيَامُ اللُّؤْلُؤِ فَضَرَبْتُ  بِيَدِي إِلَى مَا يَجْرِي فِيهِ الْمَاءُ فَإِذَا مِسْكٌ أَذْفَرُ قُلْتُ: مَا  هَذَا يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَذَا الْكَوْثَرُ الَّذِي أَعْطَاكَهُ اللَّهُ عَزَّ  وَجَلَّ»
Aku masuk ke dalam surga, dan tiba-tiba aku melihat sebuah sungai yang  kedua tepinya dipenuhi oleh kemah-kemah dari mutiara, lalu aku sentuhkan  tanganku ke tanah yang dialiri airnya, tiba-tiba ia adalah minyak kesturi yang  sangat harum baunya. Aku bertanya, "Hai Jibril, apakah ini?” Jibril menjawab,  "Ini adalah Al-Kautsar yang diberikan oleh Allah Swt. kepadamu.”
Imam Bukhari di dalam kitab sahihnya dan Imam Muslim telah meriwayatkan  melalui hadis Syaiban ibnu Abdur Rahman, dari Qatadah, dari Anas ibnu Malik yang  mengatakan bahwa setelah Nabi Saw. dibawa naik ke langit, beliau  menceritakan:
«أَتَيْتُ  عَلَى نَهْرٍ حَافَّتَاهُ قِبَابُ اللُّؤْلُؤِ الْمُجَوَّفِ فَقُلْتُ مَا هَذَا يَا  جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَذَا الْكَوْثَرُ»
Aku datang ke sebuah sungai yang kedua tepinya dipenuhi oleh kemah-kemah  dari mutiara yang dilubangi, lalu aku bertanya, "Apakah ini, hai Jibril?” Jibril  berkata, "Ini adalah Sungai Al-Kautsar.”
Demikianlah menurut lafaz Imam Bukhari rahimahullah. Ibnu Jarir mengatakan  bahwa telah menceritakan kepada kami Ar-Rabi', telah menceritakan kepada kami  Ibnu Wahb, dari Sulaiman ibnu Bilal, dari Syarik ibnu Abu Namir; ia pernah  mendengar Anas menceritakan hadis berikut kepadanya (dan teman-temannya), bahwa  ketika Rasulullah Saw. melakukan Isra, Jibril membawanya naik ke langit  terdekat, tiba-tiba Nabi Saw. melihat sebuah sungai yang padanya terdapat sebuah  gedung dari mutiara dan zabarjad. Lalu Nabi Saw. mencium bau tanahnya, dan  ternyata baunya harum seperti minyak kesturi, lalu beliau Saw. bertanya, "Hai  Jibril, sungai apakah ini?" Jibril menjawab, "Ini adalah Sungai Al-Kautsar  yang disediakan oleh Tuhanmu untukmu."
Hadis mengenai Isra ini telah disebutkan di dalam tafsir surat Al-Isra  melalui jalur Syarik, dari Anas, dari Nabi Saw.'yang hadisnya diketengahkan di  dalam kitab Sahihain.
Sa'id telah meriwayatkan dari Qatadah, dari Anas, bahwa Rasulullah Saw.  pernah bersabda:
«بينما  أَنَا أَسِيرُ فِي الْجَنَّةِ إِذْ عَرَضَ لِي نهر حافتاه قباب اللؤلؤ المجوف،  فَقَالَ الْمَلَكُ- الَّذِي مَعَهُ- أَتَدْرِي مَا هَذَا؟ هَذَا الْكَوْثَرُ  الَّذِي أَعْطَاكَ اللَّهُ، وَضَرَبَ بِيَدِهِ إِلَى أَرْضِهِ فَأَخْرَجَ مِنْ  طِينِهِ الْمِسْكَ»
Ketika aku sedang berjalan di dalam sungai, tiba-tiba terbentang di  hadapanku sebuah sungai yang kedua tepinya penuh dengan kemah-kemah mutiara yang  berlubang. Maka berkatalah malaikat yang menemaninya, "Tahukah kamu apakah  sungai ini? Inilah Al-Kautsar yang akan diberikan Allah kepadamu.” Lalu Nabi  Saw. memasukkan tangannya ke tanah dan mengeluarkan dari tanahnya minyak kesturi  (yang harum baunya).
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Sulaiman ibnu Tarkhan dan Ma'mar serta  Hammam dan lain-lainnya dari Qatadah dengan sanad yang sama.
قَالَ  ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ أَبِي سُرَيج حَدَّثَنَا أَبُو أَيُّوبَ  الْعَبَّاسِيُّ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ  عَبْدِ اللَّهِ، ابْنُ أَخِي ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَنَسٍ قال: سُئل  رسول اللَّهِ  صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْكَوْثَرِ، فَقَالَ: "هُوَ نَهْرٌ  أَعْطَانِيهِ اللَّهُ فِي الْجَنَّةِ، تُرَابُهُ مِسْكٌ، [مَاؤُهُ] أَبْيَضُ مِنَ  اللَّبَنِ، وَأَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ، تَرِدُهُ طَيْرٌ أَعْنَاقُهَا مِثْلُ  أَعْنَاقِ الجُزُر". فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّهَا  لِنَاعِمَةٌ؟ قَالَ: "أَكْلُهَا أَنْعَمُ مِنْهَا".
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abu Syuraih,  telah menceritakan kepada kami Abu Ayyub Al-Abbas, telah menceritakan kepada  kami Ibrahim ibnu Sa'd, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abdul Wahhab  (keponakan Ibnu Syihab), dari ayahnya, dari Anas yang menceritakan bahwa  Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai makna Al-Kautsar, maka beliau Saw.  menjawab: Al-Kautsar adalah sebuah sungai yang diberikan Allah kepadaku di  dalam surga, tanahnya adalah minyak kesturi (airnya) lebih putih daripada air  susu dan rasanya lebih manis daripada madu; sungai itu didatangi oleh  burung-burung yang lehernya seperti leher unta. Abu Bakar berkata, "Wahai  Rasulullah, sesungguhnya burung itu benar-benar lezat dagingnya." Rasulullah  Saw. menjawab: Aku akan memakan dagingnya dan merasakan kelezatan  (kenikmatan)nya.
قَالَ  أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ الْخُزَاعِيُّ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، عَنْ  يَزِيدَ بْنِ الْهَادِ، عَنْ عَبْدِ الْوَهَّابِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ  مُسْلِمِ بْنِ شِهَابٍ، عَنْ أَنَسٍ، أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،  مَا الْكَوْثَرُ؟ قَالَ: "نَهْرٌ فِي الْجَنَّةِ أَعْطَانِيهِ رَبِّي، لَهُوَ  أَشَدَّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ، وَأَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ، فِيهِ طُيُورٌ  أَعْنَاقُهَا كَأَعْنَاقِ الْجُزُرِ". قَالَ عُمَرُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّهَا  لَنَاعِمَةٌ؟ قَالَ: "أَكْلُهَا أَنْعَمُ مِنْهَا يَا عُمَرُ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Salamah Al-Khuza'i,  telah menceritakan kepada kami Al-Lais, dari Yazid ibnul Had, dari Abdul Wahhab,  dari Abdullah ibnu Muslim ibnu Syihab, dari Anas, bahwa seorang lelaki pernah  bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah Al-Kautsar itu?" Rasulullah Saw. bersabda:  "Al-Kautsar adalah sebuah sungai di dalam surga yang diberikan oleh Tuhanku  untukku. Airnya lebih putih daripada air susu dan rasanya lebih manis daripada  madu, padanya terdapat burimg-burung yang lehernya seperli leher unta.” Umar  bertanya, "Wahai Rasulullah, sudah tentu dagingnya amat lezat.” Rasulullah Saw.  bersabda, "Aku akan memakannya dan merasakan kelezatannya, hai Umar.”
Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Az-Zuhri dari saudaranya (yaitu  Abdullah), dari Anas, bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang  Al-Kautsar, maka disebutkan hal yang semisal dengan hadis di atas.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Yazid  Al-Kahili, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Abu  Ubaidah, dari Aisyah r.a. Bahwa ia pernah bertanya kepada Aisyah tentang makna  firman-Nya: Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al-Kautsar.  (Al-Kautsar: 1) Maka Siti Aisyah r.a. menjawab, "'Al-Kautsar adalah sebuah  sungai yang diberikan kepada Nabi kalian, kedua tepinya berupa mutiara yang  berlubang, jumlah bejana-bejananya sama dengan bilangan bintang-bintang di  langit." Kemudian Imam Bukhari mengatakan bahwa Zakaria, Abul Ahwas dan Mutarrif  telah meriwayatkannya dari Abu Ishaq; Imam Ahmad dan Imam Nasai meriwayatkannya  melalui jalur Mutarrif dengan sanad yang sama.
Ibnu Jarir mengatakan. telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah  menceritakan kepada kami Wakr, dari Sufyan dan Israil, dari Abu Ishaq, dari Abu  Ubaidah, dari Aisyah yang mengatakan bahwa. Al-Kautsar adalah nama sebuah sungai  di dalam surga yang kedua tepinya mutiara yang berlubang. Israil mengatakan  bahwa Al-Kautsar adalah sebuah sungai di dalam surga yang padanya terdapat  bejana-bejana yang bilangannya sama dengan bintang-bintang di langit.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah  menceritakan kepada kami Ya'qub Al-Qummi, dari Hafs ibnu Humaid, dari Syamir  ibnu Atiyyah, dari Syaqiq atau Masruq yang mengatakan bahwaaku bertanya kepada  Siti Aisyah, ''Wahai Ummul Mu’minin, ceritakanlah kepadaku tentang Al-Kautsar?  Aisyah menjawab, "Sebuah sungai di lembah surga." Aku bertanya, "Apakah yang  dimaksud dengan lembah surga?" Aisyah menjawab, "Terletak dibagian tengahnya,  kedua tepinya penuh dengan gedung-gedung dari mutiara dan yaqut, dan tanahnya  seharum minyak kesturi, sedangkan batu kerikilnya dari mutiara dan yaqut.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah  menceritakan kepada kami Waki', dari Abu Ja'far Ar-Razi, dari Ibnu Abu Najih,  dari Aisyah r.a. yang mengatakan, "Barang siapa yang ingin mendengarkan  gemerciknya air Telaga Kautsar, hendaklah ia menutupkan kedua jari telunjuknya  ke kedua lubang telinganya. Riwayat ini terdapat mata rantai yang putus antara  Ibnu Abu Najih dan Siti Aisyah r.a. Dan menurut sebagian riwayat dari seorang  lelaki, dari Aisyah, disebutkan bahwa makna yang dimaksud ialah suarayang  semisal dengan itu, bukan berarti suaranya persis, seperti itu; hanya Allah-lah  Yang Maha Mengetahui. As-Suhaili mengatakan bahwa Imam Daruqutni telah  meriwayatkannya secara marfu' melalui jalur Malik ibnu Magul, dari Asy-Sya'bi,  dari Masruq, dari Aisyah, dari Nabi Saw.
Kemudian Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu  Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Hasyim. telah menceritakan kepada kami  Abu Bisyr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan  sehubungan dengan Al-Kautsar, bahwa Al-Kautsar adalah kebaikan yang banyak yang  diberikan oleh Allah kepada Nabi Saw.
Abu Bisyr mengatakan bahwa ia pernah berkata kepada Sa'id ibnu Jubair, bahwa  sesungguhnya orang-orang mengira Al-Kautsar adalah sebuah sungai di dalam surga.  Maka Sa'id menjawab. bahwa sungai di dalam surga termasuk kebaikan yang  diberikan oleh Allah Swt. kepada Nabi Saw.
Abu Bisyr telah meriwayatkannya pula melalui hadis Hasyim, dari Abu Bisyr dan  Ata ibnus Sa’ib, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan  bahwa Al-Kautsar adalah kebaikan yang banyak.
As-Sauri telah meriwayatkan dari Ata ibnus Sa’ib, dari Sa'id ibnu Jubair,  dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Al-Kautsar artinya kebaikan yang banyak.  Dan tafsir ini bersifat lebih umum mencakup sungai dan nikmat lainnya. Mengingat  lafaz Al-Kautsar berasal dari Al-Ka'srah yang artinya kebaikan yang banyak, dan  di antaranya ialah sungai tersebut di dalam surga. Pendapat ini dikatakan oleh  Ibnu Abbas, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Mujahid, Muharib ibnu Disar, dan  Al-Hasan ibnu Abul Hasan Al-Basri, sehingga Mujahid mengatakan bahwa Al-Kautsar  adalah kebaikan yang banyak di dunia dan akhirat.
Ikrimah mengatakan bahwa. Al-Kautsar adalah kenabian, Al-Qur'an, dan pahala  di akhirat. Tetapi telah terbuktikan kesahihan sebuah riwayat yang bersumber  dari Ibnu Abbas menyebutkan bahwa dia menakwilkannya pula dengan makna sebuah  sungai di dalam surga. 
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah  menceritakan kepada kami Umar ibnu Ubaid, dari Ata, dari Sa'id ibnu Jubair, dari  Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Al-Kautsar adalah sebuah sungai di dalam surga  yang kedua tepinya dari emas dan perak, mengalir di atas yaqut dan mutiara,  airnya lebih putih daripada salju, dan rasanya lebih manis daripada madu.  Al-Aufi telah meriwayatkan hal yang semisal dari Ibnu Abbas. 
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub, telah menceritakan  kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Ata ibnus Sa’ib dari Muharib  ibnu Disar, dari Ibnu Umar, dia mengatakan bahwa Al-Kautsar adalah sebuah sungai  di dalam surga yang kedua tepinya dari emas dan perak, mengalir di atas mutiara  dan yaqut, airnya lebih putih daripada susu, dan rasanya lebih manis daripada  madu. Hal yang semisal telah diriwayatkan pula oleh Imam Turmuzi dari ibnu  Humaid, dari Jarir, dari Ata ibnu Sa’ib dengan sanad dan lafaz yang semisal  secara mauqufhanya sampai pada Ibnu Abbas.
Tetapi telah diriwayatkan pula hal yang semisal secara marfu',  Imam Ahmad  mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Hafs, telah  menceritakan kepada kami Warqa yang mengatakan bahwa Ata telah meriwayatkan dari  Muharib ibnu Disar, dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah  bersabda:
"الْكَوْثَرُ  نَهْرٌ فِي الْجَنَّةِ حَافَّتَاهُ مِنْ ذَهَبٍ، وَالْمَاءُ يَجْرِي عَلَى  اللُّؤْلُؤِ، وَمَاؤُهُ أَشَدَّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ، وَأَحْلَى مِنَ  الْعَسَلِ"
Al-Kautsar adalah sebuah sungai di dalam surga yang kedua tepinya dari  emas, airnya mengalir di atas mutiara, dan warnanya lebih putih daripada susu  dan rasanya lebih manis daripada madu.
Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi, Ibnu Majah, Ibnu Abu  Hatim, dan Ibnu Jarir melalui jalur Muhammad ibnu Fudail, dari Ata ibnus Sa’ib  secara inarfu', Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub, telah menceritakan  kepada kami Ibnu Aliyyah, telah menceritakan kepada kami Ata ibnus Sa’ib yang  mengatakan bahwa Muharib ibnu Disar telah menceritakan kepadanya apa yang telah  dikatakan oleh Sa’id ibnu Jubair tentang Al-Kautsar. Muharib ibnu Disar  mengatakan bahwa Sa'id ibnu Jubair telah menceritakan kepada kami dari Ibnu  Abbas yang mengatakan bahwa Al-Kautsar adalah kebaikan yang banyak. Lalu Sa'id  ibnu Jubair mengatakan bahwa benar, sesungguhnya Al-Kautsar adalah kebaikan yang  banyak. Akan.tetapi, telah menceritakan kepada kami Ibnu Umar, bahwa seketika  diturunkan firman-Nya: Sesungguhnya Kami telah rnemberikan kepadamu  Al-Kautsar (kebaikan yang banyak). (Al-Kautsar: 1)
Maka Rasulullah Saw. bersabda:
«الْكَوْثَرُ  نَهْرٌ فِي الْجَنَّةِ حَافَّتَاهُ مِنْ ذَهَبٍ يَجْرِي عَلَى الدُّرِّ  وَالْيَاقُوتِ»
Al-Kautsar adalah sebuah sungai di dalam surga yang kedua tepinya emas,  (airnya) mengalir di atas mutiara dan yaqut.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ibnul Burqi, telah  menceritakan kepada kami Ibnu Maiyam, telah menceritakan kepada kami Muhammad  ibnu Ja'far ibnu Abu Kasir, telah menceritakan kepadaku Haram ibnu USman, dari  Abdur Rahman Al-A'raj, dari Usamah ibnu Zaid, bahwa Rasulullah Saw. di suatu  hari berkunjung ke rumah Hamzah ibnu Abdul Muttalib, dan ternyata beliau tidak  menjumpainya, lalu beliau menanyakannya kepada istrinya yang berasal dari Bani  Najjar. Istri Hamzah menjawab, "Hai Nabi Allah, dia baru saja keluar menuju ke  rumahmu, kalau begitu barangkali dia sesat jalan di sebagian lorong-lorong Bani  Najjar. Tidakkah engkau masuk lebih dahulu, wahai Rasulullah?" Maka Rasulullah  Saw. masuk, dan istri Hamzah menyuguhkan kepadanya makanan hais (makanan yang  terbuat dari buah kurma, minyak samin, dan tepung sawiq), maka Nabi Saw. memakan  sebagian darinya. Dan istri Hamzah bertanya, "Wahai Rasulullah, kuucapkan  selamat kepada engkau, sebenarnya aku ingin datang kepadamu untuk mengucapkan  selamat, karena Abu Imarah pernah menceritakan kepadaku bahwa engkau telah  diberi sebuah sungai di dalam surga yang dikenal dengan nama Al-Kautsar." Nabi  Saw. menjawab:
«أَجَلْ  وَعَرَضُهُ- يَعْنِي أَرْضَهُ- يَاقُوتٌ وَمَرْجَانٌ وَزَبَرْجَدٌ  وَلُؤْلُؤٌ»
Benar, dan luasnya yakni tanahnya adalah yaqut, marjan, zabarjad, dan  mutiara.
Haram ibnu Usman adalah orang yang berpredikat daif, tetapi konteks hadis ini  hasan, dan asal hadis ini berpredikat sahih, bahkan dapat dibilang mutawatir  yang diriwayatkan melalui berbagai jalur hingga memberikan pengertian kepastian  di kalangan para imam ahli hadis, demikian pula hadis-hadis yang menceritakan  tentang telaga (Kautsar). Hal yang sama telah diriwayatkan dari Anas, Abul  Aliyah dan Mujahid serta bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf. bahwa  Al-Kautsar adalah nama sebuah sungai di dalam surga. Ata mengatakan bahwa  Al-Kautsar yaitu nama sebuah telaga di dalam surga.
*******************
Firman Allah Swt.:
{فَصَلِّ  لِرَبِّكَ وَانْحَرْ}
Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. (Al-Kautsar:  2)
Yakni sebagaimana Kami telah memberimu kebaikan yang banyak di duni adan  akhirat, antara lain ialah sebuah sungai yang sifat-sifatnya telah disebutkan di  atas; maka kerjakanlah salat fardu dan salat sunatmu dengan ikhlas karena Allah  dan juga dalam semua gerakmu. Sembahlah Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya; dan  sembelihlah korbanmu dengan menyebut nama-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya. Hal  yang senada disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
قُلْ  إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيايَ وَمَماتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ لَا  شَرِيكَ لَهُ وَبِذلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
Katakanlah, "Sesungguhnya salatku, ibadahku. hidupku, dan matiku hanyalah  untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah  diperintahkan kepadaku, dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri  (kepada Allah).”(Al-An'am: 162-163)
Ibnu Abbas, Ata, Mujahid, Ikrimah, dan Al-Hasan telah mengatakan bahwa yang  dimaksud dengan wanhar ialah menyembelih unta dan ternak lainnya sebagai  korban. Hal yang semisal telah dikatakan oleh Qatadah, Muhammad ibnu Ka'b  Al-Qurazi, Ad-Dahhak, Ar-Rabi', Ata Al-Khurrasani, Al-Hakam, Sa'id ibnu Abu  Khalid, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf. Hal  ini berbeda keadaannya dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang menyebut  nama-Nya, Allah Swt. telah berfirman:
وَلا  تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ  لَفِسْقٌ
Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah  ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu  kefasikan. (Al-An'am: 121), sampai akhir ayat.
Menurut pendapat lain, yang dimaksud dengan wanhar ialah meletakkan  tangan kanan di atas tangan kiri di bawah tenggorokan. Hal ini diriwayatkan dari  Ali, tetapi sanadnya tidak sahih. Dan hal yang semisal telah diriwayatkan dari  Abu Ja'far Al-Baqir.
Pendapat yang lainnya mengatakan bahwa wanhar artinya mengangkat kedua tangan  di saat membuka salat. Dan menurut pendapat yang lainnya lagi, wanhar artinya  hadapkanlah lehermu ke arah kiblat. Ketiga pendapat ini disebutkan oleh Ibnu  Jarir.
Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan hal ini telah meriwayatkan sebuah hadis yang  mungkar. Untuk itu ia mengatakan: 
حَدَّثَنَا  وَهْبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْفَامِيُّ -سَنَةَ خَمْسٍ وَخَمْسِينَ  وَمِائَتَيْنِ-حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ بْنُ حَاتِمٍ الْمَرْوَزِيُّ، حَدَّثَنَا  مُقَاتِلُ بْنُ حَيَّانَ، عَنِ الْأَصْبَغِ بْنِ نَبَاتَةَ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ  أَبِي طَالِبٍ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ السُّورَةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى  اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ  وَانْحَرْ} قَالَ رَسُولُ اللَّهِ: "يَا جِبْرِيلُ، مَا هَذِهِ النَّحِيرَةُ  الَّتِي أَمَرَنِي بِهَا رَبِّي؟ " فَقَالَ: لَيْسَتْ بِنَحِيرَةٍ، وَلَكِنَّهُ  يَأْمُرُكَ إِذَا تَحَرَّمْتَ لِلصَّلَاةِ، ارْفَعْ يَدَيْكَ إِذَا كَبَّرْتَ  وَإِذَا رَكَعْتَ، وَإِذَا رَفَعْتَ رَأْسَكَ مِنَ الرُّكُوعِ، وَإِذَا سَجَدْتَ،  فَإِنَّهَا صَلَاتُنَا وَصَلَاةُ الْمَلَائِكَةِ الَّذِينَ فِي السَّمَوَاتِ  السَّبْعِ، وَإِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ زِينَةً، وَزِينَةُ الصَّلَاةِ رَفَعُ  الْيَدَيْنِ عِنْدَ كُلِّ تَكْبِيرَةٍ.
telah menceritakan kepada kami Wahb ibnu Ibrahim Al-Qadi pada tahun dua ratus  lima puluh lima Hijriah, telah menceritakan kepada kami Israil ibnu Hatim  Al-Marwazi, telah menceritakan kepada kami Muqatil ibnu Hayyan, dari Al-Asbagh  ibnu Nabtah, dari Ali ibnu Abu Talib yang mengatakan bahwa ketika diturunkan  kepada Nabi Saw. surat ini, yaitu: Sesungguhnya Kami telah memberikan  kepadamu nikmat yang banyak Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan  berkorbanlah. (Al-Kautsar: 1-2) Maka Rasulullah Saw. bertanya, "Hai  Jibril, apakah yang dimaksud dengan nahirah yang diperintahkan kepadaku oleh  Tuhanku agar aku melakukannya?" Jibril menjawab, "Bukan nahirah, tetapi Dia  memerintahkan kepadamu apabila berihram untuk salat, angkatlah kedua tanganmu  saat mengucapkan takbir, dan saat engkau rukuk, dan saat engkau angkat kepalamu  dari rukuk, dan apabila engkau akan sujud. Karena sesungguhnya itulah  salat kita dan salat para malaikat yang ada di tujuh langit. Sesungguhnya  tiap-tiap sesuatu itu mempunyai perhiasan, dan perhiasan salat ialah mengangkat  kedua tangan di saat takbir."' 
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya  melalui hadis Israil ibnu Hatim dengan sanad yang sama.
Telah diriwayatkan dari Ata Al-Khurrasani sehubungan dengan makna firman-Nya,  "wanhar" artinya angkatlah tulang punggungmu sesudah rukuk dan tegakkanlah ia  serta tampakkanlah tenggorokanmu. Makna yang dimaksud ialah i'tidal. Demikianlah  menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim; semua pendapat ini  berpredikat garib sekali.
Pendapat yang sahih adalah yang pertama, yaitu yang mengatakan, bahwa makna  yang dimaksud dengan nahr ialah menyembelih hewan kurban. Karena itulah  maka Rasulullah Saw. seusai salat Idul Adha segera menyembelih kurbannya, lalu  bersabda:
"مَنْ  صَلَّى صَلَاتَنَا، وَنَسَكَ نُسُكَنَا، فَقَدْ أَصَابَ النُّسُكَ. وَمَنْ نَسَكَ  قَبْلَ الصَّلَاةِ فَلَا نُسُكَ لَهُ". فَقَامَ أَبُو بُرْدَةَ بْنُ نَيَّارٍ  فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،  إِنِّي نَسكتُ شَاتِي قَبْلَ الصَّلَاةِ، وَعَرَفْتُ أَنَّ الْيَوْمَ يَوْمٌ  يُشْتَهَى فِيهِ اللَّحْمُ. قَالَ: "شَاتُكَ شَاةُ لَحْمٍ". قَالَ: فَإِنَّ عِنْدِي  عِنَاقًا هِيَ أَحَبُّ إليَّ مِنْ شَاتَيْنِ، أَفَتُجْزِئُ عَنِّي؟ قَالَ:  "تُجْزِئُكَ، وَلَا تُجَزِئُ أَحَدًا بَعْدَكَ".
Barang siapa yang salat seperti salat kami dan menyembelih kurban seperti  kami menyembelih kurban, maka sesungguhnya dia telah menunaikan kurbannya. Dan  barang siapa yang menyembelih kurban sebelum salat (hari raya) maka tiada kurban  baginya. Maka Abu Burdah Nayyar bertanya, "Wahai Rasulullah,  sesungguhnya aku telah menyembelih kambingku sebelum salat, dan aku mengetahui  bahwa hari ini adalah hari yang semua orang menyukai daging padanya" Rasulullah  Saw. menjawab: Kambingmu itu adalah daging kambing biasa (bukan kurban).  Abu Burdah berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mempunyai seekor  anak kambing kacang yang lebih aku sukai daripada dua ekor kambing biasa, apakah  itu cukup untuk kurbanku?" Rasulullah Saw. menjawab: Cukup untukmu, tetapi  tidak cukup untuk orang lain sesudahmu.
Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan bahwa pendapat yang benar adalah pendapat  yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud dari ayat ialah jadikanlah salatmu  semuanya tulus ikhlas hanya untuk Tuhanmu, bukan untuk berhala atau sembahan  selain-Nya. Demikian pula kurbanmu, jadikanlah hanya untuk Dia, bukan untuk  berhala-berhala. sebagai ungkapan rasa syukurmu terhadap-Nya atas kemuliaan dan  kebaikan tiada taranya yang dikhususkan-Nya buatmu sebagai anugerah dari-Nya.  Pendapat yang dikemukakan oieh orang yang mengatakan ini amatlah baik. Dan  pendapat ini telah dikatakan sebelumnya oleh Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi dan  Ata dengan ungkapan yang semakna. 
*******************
Firman Allah Swt.:
{إِنَّ  شَانِئَكَ هُوَ الأبْتَرُ}
Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu, dialah yang terputus.  (Al-Kautsar: 3)
Yakni sesungguhnya orang yang membencimu, hai Muhammad, dan benci kepada  petunjuk, kebenaran, bukti yang jelas, dan cahaya terang yang kamu sampaikan;  dialah yang terputus lagi terhina, direndahkan dan terputus sebutannya. Ibnu  Abbas, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, dan Qatadah mengatakan bahwa ayat ini  diturunkan berkenaan dengan Al-As ibnu Wa-il.
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari yazid ibnu Ruman yang mengatakan  bahwa dahulu Al-As ibnu Wa-il apabila disebutkan nama Rasulullah Saw., ia  mengatakan, "Biarkanlah dia, karena sesungguhnya dia adalah seorang lelaki yang  terputus, tidak mempunyai keturunan. Apabila dia mati, maka terputuslah  sebutannya." Maka Allah menurunkan surat ini.
Syamir ibnu Atiyyah mengatakan bahwa surat ini diturunkan berkenaan dengan  Uqbah ibnu Abu Mu'it. Ibnu Abbas mengatakan pula, dan juga ikrimah, bahwa surat  ini diturunkan berkenaan dengan Ka'b ibnul Asyraf dan sejumlah orang-orang kafir  Quraisy.
Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ziyad ibnu Yahya  Al-Hassani, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Addi, dari Daud, dari  Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Ka'b ibnul Asyraf datang ke  Mekah, maka orang-orang Quraisy berkata kepadanya, "Engkau adalah pemimpin  mereka. Tidakkah engkau melihat kepada lelaki yang terusir lagi terputus dari  kaumnya itu (maksudnyaNabi Saw.)? Dia mengira bahwa dirinya lebih baik daripada  kami, padahal kami adalah ahli (pelayan) jemaah haji, ahli sadanah  (pelayan Ka'bah) dan ahli Siqayah (pelayan minuman air zamzam)," Maka  Ka'b Ibnul Asyraf berkata, "Kalian lebih baik daripadanya." Maka turunlah firman  Allah Swt.: Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu, dialah yang  terputus. (Al-Kautsar: 3)
Hal yang sama diriwayatkan oleh Al-Bazzar, dan hadis ini sahih sanadnya.  Diriwayatkan pula dari Ata, bahwa surat ini diturunkan berkenaan dengan Abu  Lahab. Demikian itu terjadi ketika putra Rasulullah Saw. meninggal dunia, maka  Abu Lahab pergi menemui orang-orang musyrik dan berkata kepada mereka, "Tadi  malam Muhammad terputus (keturunannya)." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya  sehubungan dengan peristiwa tersebut: Sesungguhnya orang-orang yang membenci  kamu, dialah yang terputus (Al-Kautsar: 3)
Dan diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan  Abu Jahal. Diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas, bahwa makna: sesungguhnya  orang-orang yang membencimu. (Al-Kautsar: 3) Yakni musuhmu. Pendapat ini  lebih mencakup dan meliputi semua orang yang bersifat dan berkarakter demikian,  baik dari kalangan mereka yang telah disebutkan di atas maupun yang lainnya.
ikrimah mengatakan bahwa al-abtar artinya sebatang kara. As-Saddi  mengatakan bahwa dahulu mereka apabila meninggal dunia keturunannya laki-laki  mereka, maka mereka mengatakannya abtar (terputus keturunannya). Dan ketika  putra-putra Nabi Saw. semuanya meninggal dunia, maka mereka mengatakan,  "Muhammad telah terputus." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya:  Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu, dialah yang terputus.  (Al-Kautsar: 3)
Pendapat ini senada dengan apa yang telah kami sebutkan di atas yang  mengatakan bahwa abtar ialah orang yang tidak mempunyai keturunan laki-laki.  Maka orang-orang kafir Quraisy itu mengira bahwa seseorang itu apabila anak-anak  lelakinya mati, maka terputuslah sebutannya.
Padalah tidaklah demikianlah kenyataannya, bahkan sebenarnya Allah  mengekalkan sebutan Nabi Saw. di hadapan para saksi dan mewajibkan syariat yang  dibawanya di atas pundak hamba-hamba-Nya, yang akan terus berlangsung selamanya  sampai hari mereka dihimpunkan untuk mendapat pembalasan. Semoga salawat dan  salam-Nya terlimpah-kan kepadanya selama-lamanya sampai hari kiamat.
Demikianlah akhir surat Al-Kautsar,  segala puji bagi Allah atas limpahan karunia-Nya.
Comments
Post a Comment